Kamis, 05 Mei 2011

Lara Melanda
(dari album Kla “kedua” Project)

Berada di tepi keraguan
Tebing bayangmu sesekali luruh jua
Tercipta nelangsa di pucuk rerumputan
oh.. harumnya dukaku
ditiup semilir sikapmu mendua

Menghitung bintang satu-satu
sesukar meraba lelikuan sifatmu
berkali diri ini, terpaksa jatuh
pada jurangnya bimbang
dan asa yang tercecer, sempat bertanya

Senyum atau merahkah kau tawarkan ?
bagi jiwa dahaga 'smara
aku ini lelaki kecil dalam
kurun waktu berlalu
Lalu merenung, mencari seberkas bayangmu
Untuk kulukis di cermin mataku

(Keunikan ini yang membuat saya menyukai karya karya musik Kla Project dan juga Katon Bagaskara). Lirik puitis lagu di atas cukup dapat menjadi sebuah lagu populer yang albumnya meledak di pasaran Indonesia. Merupakan suatu tanda, bila Kla Project berhasil mengusung lagu-lagunya dengan bait-bait syair puitis, musikalisasi puisi juga perlahan lahan dapat diterima sebagai konsumsi masyarakat pop Indonesia, yang (mudah-mudahan) memiliki pilihan selera lirik lagu yang semakin puitis dan berseni.

Image hosted by Photobucket.com Menyenangkan bagi saya, mendengar komposer – komposer Umar Musilim dan AGS Arya Dipayana berhasil *mendeklamasikan* puisi – puisi karya Sapardi Djoko Damono dalam CD musikalisasi puisi bertajuk *Gadis Kecil*. Karya AGS Arya Dipayana terasa lebih menyentuh dan melankolis, menghidupkan syair puisi Sapardi, telebih pada karya favorit saya, “Hatiku Selembar Daun”. Pilihan instrumen musik gitar, flute serta bass adalah sebuah pilihan sangat tepat. Instrumen tersebut berhasil mengawal nada dalam lorong reflektif, tenang , juga riang namun tanpa bising, sehingga syair puisi tetap menjadi *raja* dalam setiap lagu. Juga suara dua ibu, Reda Gaudiamo dan Tatyana Soebianto yang juga ikut dalam *pendeklamasian* puisi karya Sapardi di panggung bernama musikalisasi puisi ini. Suara mereka yang terdengar berjenis suara country menjadi sangat pas untuk menyanyikan lagu-lagu musikalisasi puisi. Tidak butuh suara penyanyi yang bervibrasi atau sejenis seriosa. Juga tak butuh suara yang terlalu ekspresif seperti layaknya penyanyi opera. Sebuah suara pas yang sederhana, yang menyanyikan nada dengan tepat, tanpa harus berusaha keras menyampaikan maknanya pada pendengar, karena syairnya sudah mengekspresikan banyak makna tersirat. Adalah tugas pendengar dan penikmat musikalisasi puisi untuk menafsirkan makna lagu dalam konteks maksud penyair atau minimal dalam konteks tafsir pribadi si pendengar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar